BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi atau ilmu
jiwa yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa adalah roh dalam keadaan mengandalkan
jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis
dikatakan inti dari kendali kehidupan manusia yang berada dan melekat dalam
manusia itu sendiri. Psikologi juga diartikan mengenai kehidupan mental (The
Science of Mental Life), dan ilmu mengenai pikiran (the science of mind).
Proses pendidikan yang
sangat panjang semenjak kelahiran anak didik sampai tingkat puncak dalam jejang
pendidikan memerlukan perhatian dan kepedulian pada aspek psikologis atau
kejiwaan. Memahami aspek kejiwaan anak didik merupakan modal dasar tercapainya
tujuan-tujuan pendidikan yang telah direncanakan karena itu muncullah berbagai
disiplin ilmu kejiwaan yang satu sama lainnya saling keterkaitan secara
kontinuitas.
Memahami kejiwaan anak sebagai anak manusia tidak akan lepas
dari dua unsur yakni jasmani dan rohani. Sedangkan jiwa manusia berkembang
sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Jiwa balita baru berkembang sangat sedikit
seiring dengan tubuhnya yang juga masih berkemampuan sangat sederhana. Makin
besar anak itu makin berkembang pula jiwanya. Dengan melalui tahap-tahap
tertentu akhirnya anak itu mencapai kedewasaan, baik dari segi kejiwaan maupun
dari segi jasmani.
Dalam perkembangan jiwa
dan jasmani, anak-anak dapat belajar. Mereka peka untuk belajar, punya waktu
untuk belajar, belum berumah tangga, bekerja, bertanggungjawab terhadap
kehidupan keluarga dan masyarakat dengan fase perkembangan mereka. Sehingga
layanan pendidikan mereka dibuat bertingkat agar pelajaran dapat dipahaminya.
Oleh karena itu, kami membahas lebih mendalam mengenai
“LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN”.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana penjelasan
psikologi perkembangan dalam pendidikan?
2.
Apa pengertian
psikologi belajar?
3.
Bagaimana definisi
psikologi sosial?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Psikologi Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang
perkembangan. Pendekan-pendekatan yang dimaksud adalah:
a. Pendekatan
pertahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu.
b. Pendekatan
Diferensial. Pendekatan ini memandang individu memiliki kesamaan dan
perbedaan,dan membuat kelompok berdasarkan perbedaan jenis kelamin, kemampuan
intelek, bakat, ras, agama, status social ekonomi, dan sebagainya.
c. Pendekatan
Ipsatif. Pendekatan ini melihat perkembangan seseorang secara individual.
Psikologi perkembangan
menurut J.J. Rousseau dibagi berdasarkan masa perkembangan anak atas empat
tahap, yaitu:
a. Masa
bayi, dari usia 0-2 tahun yang sebagian besar merupakan perkembangan fisik.
b.
Masa anak, dari usia 2-12 tahun yang
dinyatakan perkembangannya baru hidup seperti manusia primitif.
c. Masa
pubertas, dari usia 12-15 tahun yang ditandai dengan perkembangan pikiran dan
kemauan untuk bertualang.
d. Masa
adolesen, dari usia 15-25 tahun yang ditandai dengan pertumbuhan seksual yang
menonjol, sosial, kata hati, dan moral. Remaja ini sudah mulai belajar
berbudaya.
Havinghusrt
menyusun fase-fase perkembangan sebagai berikut:
a. Tugas
perkembangan masa kanak-kanak.
b. Tugas
perkembangan masa anak.
c. Tugas
perkembangan masa remaja.
d. Tugas
perkembangan masa awal dewasa.
e. Tugas
perkembangan masa setengah baya.
f. Tugas
perkembangan orang tua.
Tugas-tugas
yang harus dijalankan atau diselesaikan oleh setiap individu sepanjang hidupnya
seperti yang tertera di atas, memberi kemudahan untuk:
a. Menentukan
arah pendidikan.
b. Menentukan
metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan tugas
perkembangannya.
c. Menyiapkan
materi pelajaran yang tepat.
d. Menyiapkan
pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangan itu.
Lawrence
Kohlberg mengembangkan teori moral kognisi atas dasar teori Piaget. Menurut dia
ada tiga tingkat perkembangan moral kognisi, yang masing-masing tingkat ada dua
tahap sebagai berikut:
a. Tingat
Prekonvensional
(1)
Tahap orientasi
kepatuhan dan hukum.
(2)
Tahap orientasi yang
naif.
b. Tingkat
Konvensional
(1)
Tahap orientasi anak
baik.
(2)
Tahap orientasi
mempertahankan peraturan dan norma sosial.
c. Tingkat
Post-Konvensional
(1)
Tahap orientasi kontak
sosial yang legal.
(2)
Tahap orientasi prinsip
etika universal.
Ini
merupakan tingkat-tingkat perkembangan moral anak dasar pemahamannya tentang
moral itu sendiri. Dalam mengambangkan moral anak-anak, pendidik dapat
mengikuti petunjuk-petunjuk tersebut diatas. Namun demikian, bukan berarti
perkembangan moral di atas harus disesuaikan secara utuh. Dibutuhkan analisis
kritis dan menyesuaikan dengan ajaran Islam sebab teori di atas di bangun oleh
orang-orang yang bukan Islam. Dengan demikian, teori perkembangan moral
membutuhkan elaborasi yang selaras dengan ajaran Islam.
Erikson
mencoba menyusun perkembanagn-perkembangan afeksi terdiri atas delapan tahap
sebagai berikut:
a.
Bersahabat vs menolak
pada umur 0-1 tahun.
b.
Otonomi vs malu dan
ragu-ragu pada umur 1-3 tahun.
c.
Inisiatif vs perasaan
bersalah pada umur 3-5 tahun.
d.
Perasaan produktif vs
rendah diri pada umur 6-11 tahun.
e.
Identitas diri vs
kebingungan pada umur 12-18 tahun.
f.
Intim vs mengisolasi
diri pada umur 19-23 tahun.
g.
Generasi vs kesenangan
pribadi pada umur 25-45 tahun.
h.
Integritas vs putus asa
pada umur 45 tahun.
Konsep
perkembangan yang terakhir ini berasal dari Gagne yang dapat disebut
perkembangan kemauan belajar. Perkembangan itu adalah sebagai berikut:
a. Nultideskriminasi,
yaitu belajar membedakan simulasi yang mirip, misalnya huruf b dan d.
b. Belajar
konsep, yaitu belajar membuat respon sederhana, seperti huruf hidup, huruf
mati, dan sebagainya.
c. Belajar
prinsip, yaitu mempelajari prinsip-prinsip atau aturan-aturan konsep.
d. Pemecahan
masalah, yaitu belajar mengkombonasi dua atau lebih prinsip yang memperoleh
sesuatu yang baru (Mc. Neil:1977).
Pembahasan
tentang psikologi perkembangan ini mencangkup perkembangan umum kognisi, moral,
afeksi dan kemampuan belajar, atau dapat disingkat menjadi teori perkembangan
umum kognisi dan afeksi. Pengetahuan tentang psikologi perkembangan ini memberi
petunjuk yang sangat berharga bagi para pendidik dan mengoperasikan
pendidikannya. Karena itu pendidik harus paham akan tahap-tahap perkembangan
ini agar ia dapat membatu perkembangan anak-anak secara optimal pada segala
jenjang dan tingkat sekolah.
B.
Psikologi Belajar
Belajar adalah perubahan perilaku
yang relatif permanen sebagai hasil
pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa
melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada
orang lain. Konsep belajar sebagian terbesar dari proses perkembangan
berlangsung melalui kegiatan belajar yang disadari atau tidak sederhana atau
kompleks, belajar sendiri atau dengan bantuan guru, belajar dari buku atau
media elektronik, belajar di rumah, di sekolah, di lingkungan kerja atau di
masyarakat.
Dalam prosesnya, ada
prinsip-prinsip belajar yang diperhatikan antara lain:
1. Kontinguitas
2. Pengulangan
3. Penguatan
4. Motivasi
positif dan percaya diri dalam belajar
5. Tesedia
materi pelajaran yang lengkap
6. Upaya
membangkitkan keterampilan intelektual
Sedangkan perlengkapan peserta didik
atau warga belajar sebagai subyek dalam garis besarnya antara lain:
1. Watak
2. Kemampuan
umum atau IQ
3. Kemampuan
khusus atau bakat
4. Kepribadian
5. Latar
belakang
6. Kecakapan,
kepribadian individu
7. Kecerdasan
8. Kreativitas
C.
Psikologi
Sosial
Psikologi
sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseoramg di masyarakat yang
mengombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ciri sosial untuk mempelajari
pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu (Hollander:1981).
Dengan demikian psikologi ini akan mencoba melihat keterkaitan masyarakat
dengan kondisi psikologi kehidupan individu.
Pembentukan kesan pertama terhadap orang
lain memiliki tiga kunci utama yaitu kepribadian seseorang, perilaku seseorang
dan latar belakang situasi (Pidarta, 1997:209). Dalam dunia pendidikan salah
satu yang harus diperhatikan adalah para pendidik harus mampu membangkitkan
kesan pertama positif dan tetap positif tuk hari-hari berikutnya. Sikap dan
perilaku pendidik seperti ini sangat penting artinya bagi kemauan dan semangat
belajar anak-anak (Binti maunah, 2009:92).
Kesepakatan dan kepatuhan adalah
juga merupakan faktor penting dalam proses pendidikan. Tanpa ada kesepakatan
terlalu sulit merencanakan dan melaksanakan sesuatu, lebih-lebih dalam bekerja
kelompok. Ada beberapa hal yang mempengarui terjadinya kesepakatan yaitu:
a.
Penjelasan tentang
pentingnya persatuan dan kesatuan.
b.
Perasaan takut akan
disisihkan akan teman-teman.
c.
Keintiman
anggota-anggota kelompok.
d.
Besarnya kelompok.
e.
Tingkatan keahlian
anggota kelompok.
f.
Kepercayaan diri
masing-masing anggota.
g.
Keakraban dan perbaruan
anggota-anggota kelompok.
h.
Komitmen masing-masing
terhadap kewajiban-kewajiban dalam kelompok.
Adapun
sari dari konsep-konsep penting tentang psikologi sosial adalah:
1.
Pembentukan kesan
pertama ditentukan oleh:
a.
Kepribadian orang yang
diamati
b.
Perilaku yamg tersebut
c.
Latar belakang situasi
waktu mengamati
2.
Presepsi diri sendiri
bersumber dari perilaku kita yang overt
dan persepsi kita terhadap lingkungan, serta banyak dipengaruhi oleh sikap dan
perasaan.
3. Sikap
muncul bisa secara alami dan dapat juga dengan dengan pengkondisian serta
dengan mempelajari sikap para tokoh.
4.
Motivasi dibentuk oleh
faktor-faktor:
a.
Minat dan kebutuhan
individu
b.
Presepsi terhadap tugas
yang menantang
c.
Harapan sukses
5.
Keinginan hubungan yang
disebut penetrasi sosial akan terjadi manakala perilaku antar pribadi oleh
perasaan subjektif.
6.
Perilaku agresif disebabkan
oleh:
a.
Isnting berkelahi.
b.
Gangguan dari pihak
lain.
c.
Putus asa:
Jenis-jenis
perilaku agresif adalah:
a) Agresif anti sosial, seperti memaki-maki.
b) Agresif seperti prososial, seperti menembak
teroris.
c) Agresif sanksi, menampar orang yamg melecehkanya.
7. Altruisme,
adalah hasil kasih sayang yang tidak mengharapkan balasan.
8. Kesepakatan
atau kepatuhan pemudahkan proses pembinaan dalam suatu kelompok.
9. Ada
sejumlah perbedaan kemampuan dan sifat antara anak laki dan anak perempuan.
Perbedaan ini disamping bersifat alami, juga karena pengalaman dan pendidikan.
10.
Peranan pemimpin cukup
menentukan keberasilan tugas-tugas kelompok.
BAB
III
PENUTUP
Pendidikan merupakan salah satu
proses yang sangat penting bagi manusia. Maka dari itu pendidikan itu
pendidikan itu dimulai dari usia dini sampai akhir hayat. Suatu pendidikan itu pasti ada metode dan
penggolongan-penggolongan untuk usia atau tingkatan.
Sa’at ini, teori yang digunakan
dalam pendidikan sudah sangat berkembang mengikuti zaman yang semakin modern. Begitu
juga pemikiran-pemikiran pada cendikiawan dan ilmuan yang setiap hari tak
henti-henti menentukan ide-ide baru yang mempermudah dan membantu kehidupan
manusia menjadi yang lebih baik.
Untuk itu perlu pemahaman dalam
memahami perkembangan, tahap, teori maupun aspek-aspek yang terkandung dalam
pendidikan. Agar bisa mencapai tujuan dan maksud dari pendidikan itu sendiri.
Dan dengan cara belajar maka perilaku akan relatif berubah sebagai hasil dari
pengalaman.
DAFTAR PUSTAKA
Zaini,
Landasan Pendidikan, Yogyakarta:
Mitsaq Pustaka, 2011.
Maunah,
Binti, Landasan Pendidikan,Yogyakarta:
Teras, 2009.
0 komentar:
Posting Komentar