welcom

Selamat datang ... Semoga bermafaat !!!

Jumat, 25 April 2014

Makalah Landasan Psikologi Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
          Psikologi atau ilmu jiwa yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa adalah roh dalam keadaan mengandalkan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dikatakan inti dari kendali kehidupan manusia yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri. Psikologi juga diartikan mengenai kehidupan mental (The Science of Mental Life), dan ilmu mengenai pikiran (the science of mind).
          Proses pendidikan yang sangat panjang semenjak kelahiran anak didik sampai tingkat puncak dalam jejang pendidikan memerlukan perhatian dan kepedulian pada aspek psikologis atau kejiwaan. Memahami aspek kejiwaan anak didik merupakan modal dasar tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang telah direncanakan karena itu muncullah berbagai disiplin ilmu kejiwaan yang satu sama lainnya saling keterkaitan secara kontinuitas.
          Memahami kejiwaan anak sebagai anak manusia tidak akan lepas dari dua unsur yakni jasmani dan rohani. Sedangkan jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Jiwa balita baru berkembang sangat sedikit seiring dengan tubuhnya yang juga masih berkemampuan sangat sederhana. Makin besar anak itu makin berkembang pula jiwanya. Dengan melalui tahap-tahap tertentu akhirnya anak itu mencapai kedewasaan, baik dari segi kejiwaan maupun dari segi jasmani.
          Dalam perkembangan jiwa dan jasmani, anak-anak dapat belajar. Mereka peka untuk belajar, punya waktu untuk belajar, belum berumah tangga, bekerja, bertanggungjawab terhadap kehidupan keluarga dan masyarakat dengan fase perkembangan mereka. Sehingga layanan pendidikan mereka dibuat bertingkat agar pelajaran dapat dipahaminya.
Oleh karena itu, kami membahas lebih mendalam mengenai “LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN”.


B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimana penjelasan psikologi perkembangan dalam pendidikan?
2.    Apa pengertian psikologi belajar?
3.    Bagaimana definisi psikologi sosial?

BAB II
PEMBAHASAN
A.     Psikologi Perkembangan
     Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekan-pendekatan yang dimaksud adalah:
a.    Pendekatan pertahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu.
b.    Pendekatan Diferensial. Pendekatan ini memandang individu memiliki kesamaan dan perbedaan,dan membuat kelompok berdasarkan perbedaan jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras, agama, status social ekonomi, dan sebagainya.
c.    Pendekatan Ipsatif. Pendekatan ini melihat perkembangan seseorang secara individual.

Psikologi perkembangan menurut J.J. Rousseau dibagi berdasarkan masa perkembangan anak atas empat tahap, yaitu:
a.    Masa bayi, dari usia 0-2 tahun yang sebagian besar merupakan perkembangan fisik.
b.     Masa anak, dari usia 2-12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru hidup seperti manusia primitif.
c.    Masa pubertas, dari usia 12-15 tahun yang ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan untuk bertualang.
d.   Masa adolesen, dari usia 15-25 tahun yang ditandai dengan pertumbuhan seksual yang menonjol, sosial, kata hati, dan moral. Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.
Havinghusrt menyusun fase-fase perkembangan sebagai berikut:
a.    Tugas perkembangan masa kanak-kanak.
b.    Tugas perkembangan masa anak.
c.    Tugas perkembangan masa remaja.
d.   Tugas perkembangan masa awal dewasa.
e.    Tugas perkembangan masa setengah baya.
f.     Tugas perkembangan orang tua.
          Tugas-tugas yang harus dijalankan atau diselesaikan oleh setiap individu sepanjang hidupnya seperti yang tertera di atas, memberi kemudahan untuk:
a.    Menentukan arah pendidikan.
b.    Menentukan metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan tugas perkembangannya.
c.    Menyiapkan materi pelajaran yang tepat.
d.   Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangan itu.
       Lawrence Kohlberg mengembangkan teori moral kognisi atas dasar teori Piaget. Menurut dia ada tiga tingkat perkembangan moral kognisi, yang masing-masing tingkat ada dua tahap sebagai berikut:
a.  Tingat Prekonvensional
(1)      Tahap orientasi kepatuhan dan hukum.
(2)      Tahap orientasi yang naif.
b. Tingkat Konvensional
(1)      Tahap orientasi anak baik.
(2)      Tahap orientasi mempertahankan peraturan dan norma sosial.
c.  Tingkat Post-Konvensional
(1)      Tahap orientasi kontak sosial yang legal.
(2)      Tahap orientasi prinsip etika universal.
          Ini merupakan tingkat-tingkat perkembangan moral anak dasar pemahamannya tentang moral itu sendiri. Dalam mengambangkan moral anak-anak, pendidik dapat mengikuti petunjuk-petunjuk tersebut diatas. Namun demikian, bukan berarti perkembangan moral di atas harus disesuaikan secara utuh. Dibutuhkan analisis kritis dan menyesuaikan dengan ajaran Islam sebab teori di atas di bangun oleh orang-orang yang bukan Islam. Dengan demikian, teori perkembangan moral membutuhkan elaborasi yang selaras dengan ajaran Islam.
          Erikson mencoba menyusun perkembanagn-perkembangan afeksi terdiri atas delapan tahap sebagai berikut:
a.         Bersahabat vs menolak pada umur 0-1 tahun.
b.         Otonomi vs malu dan ragu-ragu pada umur 1-3 tahun.
c.         Inisiatif vs perasaan bersalah pada umur 3-5 tahun.
d.        Perasaan produktif vs rendah diri pada umur 6-11 tahun.
e.         Identitas diri vs kebingungan pada umur 12-18 tahun.
f.          Intim vs mengisolasi diri pada umur 19-23 tahun.
g.         Generasi vs kesenangan pribadi pada umur 25-45 tahun.
h.         Integritas vs putus asa pada umur 45 tahun.
          Konsep perkembangan yang terakhir ini berasal dari Gagne yang dapat disebut perkembangan kemauan belajar. Perkembangan itu adalah sebagai berikut:
a.    Nultideskriminasi, yaitu belajar membedakan simulasi yang mirip, misalnya huruf b dan d.
b.    Belajar konsep, yaitu belajar membuat respon sederhana, seperti huruf hidup, huruf mati, dan sebagainya.
c.    Belajar prinsip, yaitu mempelajari prinsip-prinsip atau aturan-aturan konsep.
d.   Pemecahan masalah, yaitu belajar mengkombonasi dua atau lebih prinsip yang memperoleh sesuatu yang baru (Mc. Neil:1977).
          Pembahasan tentang psikologi perkembangan ini mencangkup perkembangan umum kognisi, moral, afeksi dan kemampuan belajar, atau dapat disingkat menjadi teori perkembangan umum kognisi dan afeksi. Pengetahuan tentang psikologi perkembangan ini memberi petunjuk yang sangat berharga bagi para pendidik dan mengoperasikan pendidikannya. Karena itu pendidik harus paham akan tahap-tahap perkembangan ini agar ia dapat membatu perkembangan anak-anak secara optimal pada segala jenjang dan tingkat sekolah.

B. Psikologi Belajar
            Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif  permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain. Konsep belajar sebagian terbesar dari proses perkembangan berlangsung melalui kegiatan belajar yang disadari atau tidak sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan bantuan guru, belajar dari buku atau media elektronik, belajar di rumah, di sekolah, di lingkungan kerja atau di masyarakat.
            Dalam prosesnya, ada prinsip-prinsip  belajar  yang diperhatikan antara lain:
1.    Kontinguitas
2.    Pengulangan
3.    Penguatan
4.    Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar
5.    Tesedia materi pelajaran yang lengkap
6.    Upaya membangkitkan keterampilan intelektual

            Sedangkan perlengkapan peserta didik atau warga belajar sebagai subyek dalam garis besarnya antara lain:
1.    Watak
2.    Kemampuan umum atau IQ
3.    Kemampuan khusus atau bakat
4.    Kepribadian
5.    Latar belakang
6.    Kecakapan, kepribadian individu
7.    Kecerdasan
8.    Kreativitas
C.   Psikologi Sosial
            Psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseoramg di masyarakat yang mengombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ciri sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu (Hollander:1981). Dengan demikian psikologi ini akan mencoba melihat keterkaitan masyarakat dengan kondisi psikologi kehidupan individu.
            Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memiliki tiga kunci utama yaitu kepribadian seseorang, perilaku seseorang dan latar belakang situasi (Pidarta, 1997:209). Dalam dunia pendidikan salah satu yang harus diperhatikan adalah para pendidik harus mampu membangkitkan kesan pertama positif dan tetap positif tuk hari-hari berikutnya. Sikap dan perilaku pendidik seperti ini sangat penting artinya bagi kemauan dan semangat belajar anak-anak (Binti maunah, 2009:92).
            Kesepakatan dan kepatuhan adalah juga merupakan faktor penting dalam proses pendidikan. Tanpa ada kesepakatan terlalu sulit merencanakan dan melaksanakan sesuatu, lebih-lebih dalam bekerja kelompok. Ada beberapa hal yang mempengarui terjadinya kesepakatan yaitu:
a.    Penjelasan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan.
b.    Perasaan takut akan disisihkan akan teman-teman.
c.    Keintiman anggota-anggota kelompok.
d.   Besarnya kelompok.
e.    Tingkatan keahlian anggota kelompok.
f.     Kepercayaan diri masing-masing anggota.
g.    Keakraban dan perbaruan anggota-anggota kelompok.
h.    Komitmen masing-masing terhadap kewajiban-kewajiban dalam kelompok.
Adapun sari dari konsep-konsep penting tentang psikologi sosial adalah:
1.      Pembentukan kesan pertama ditentukan oleh:
a.       Kepribadian orang yang diamati
b.      Perilaku yamg tersebut
c.       Latar belakang situasi waktu mengamati
2.      Presepsi diri sendiri bersumber dari perilaku kita yang overt dan persepsi kita terhadap lingkungan, serta banyak dipengaruhi oleh sikap dan perasaan.
3.      Sikap muncul bisa secara alami dan dapat juga dengan dengan pengkondisian serta dengan mempelajari sikap para tokoh.
4.      Motivasi dibentuk oleh faktor-faktor:
a.       Minat dan kebutuhan individu
b.      Presepsi terhadap tugas yang menantang
c.       Harapan sukses
5.      Keinginan hubungan yang disebut penetrasi sosial akan terjadi manakala perilaku antar pribadi oleh perasaan subjektif.
6.      Perilaku agresif disebabkan oleh:
a.       Isnting berkelahi.
b.      Gangguan dari pihak lain.
c.       Putus asa:
Jenis-jenis perilaku agresif adalah:
a)  Agresif anti sosial, seperti memaki-maki.
b)  Agresif seperti prososial, seperti menembak teroris.
c)  Agresif sanksi, menampar orang yamg melecehkanya.
7.      Altruisme, adalah hasil kasih sayang yang tidak mengharapkan balasan.
8.      Kesepakatan atau kepatuhan pemudahkan proses pembinaan dalam suatu kelompok.
9.      Ada sejumlah perbedaan kemampuan dan sifat antara anak laki dan anak perempuan. Perbedaan ini disamping bersifat alami, juga karena pengalaman dan pendidikan.
10.  Peranan pemimpin cukup menentukan keberasilan tugas-tugas kelompok.


                                     
BAB III
PENUTUP
              Pendidikan merupakan salah satu proses yang sangat penting bagi manusia. Maka dari itu pendidikan itu pendidikan itu dimulai dari usia dini sampai akhir hayat.  Suatu pendidikan itu pasti ada metode dan penggolongan-penggolongan untuk usia atau tingkatan.
              Sa’at ini, teori yang digunakan dalam pendidikan sudah sangat berkembang mengikuti zaman yang semakin modern. Begitu juga pemikiran-pemikiran pada cendikiawan dan ilmuan yang setiap hari tak henti-henti menentukan ide-ide baru yang mempermudah dan membantu kehidupan manusia menjadi yang lebih baik.
              Untuk itu perlu pemahaman dalam memahami perkembangan, tahap, teori maupun aspek-aspek yang terkandung dalam pendidikan. Agar bisa mencapai tujuan dan maksud dari pendidikan itu sendiri. Dan dengan cara belajar maka perilaku akan relatif berubah sebagai hasil dari pengalaman.

DAFTAR PUSTAKA

Zaini, Landasan Pendidikan, Yogyakarta: Mitsaq Pustaka, 2011.
Maunah, Binti, Landasan Pendidikan,Yogyakarta: Teras, 2009.

0 komentar:

Posting Komentar